Search

Kegemukan dan Obesitas

Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah penderita kegemukan (overweight) dan obesitas cenderung meningkat. Di Indonesia, masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gizi lebih ini mulai muncul pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola aktifitas yang mendukung terjadinya peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas (Sunita Almatsier, 2004).

Apakah kegemukan dan obesitas itu?
Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks massa tubuh diatas normal.
Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama, dan berisiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit payah jantung kongestif, hipertensi, diabetes melitus tipe 2 dan sebagainya.

Bagaimana cara menentukan kriteria kegemukan dan obesitas?
Sebagaimana telah disebutkan diatas, kriteria kegemukan dan obesitas ditentukan berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh (IMT). Cara menghitung IMT ditentukan berdasarkah rumus berikut:

IMT= Berat badan (kg)/ kuadrat tinggi badan (meter)

Kriteria kegemukan adalah orang yang memiliki nilai IMT antara 25,1 sampai 30, sedangkan nilai IMT untuk obesitas adalah diatas 30.

Bagaimana proses terjadinya kegemukan dan obesitas?
Kegemukan dan obesitas terjadi apabila total asupan kalori yang terkandung dalam makanan melebihi jumlah total kalori yang dibakar dalam proses metabolisme. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa penyebab kegemukan dan obesitas bersifat multi-faktor, antara lain adanya keterlibatan faktor genetik, ras, perubahan pola makan dan pola aktifitas serta emosi. Keterlibatan faktor genetik relatif sulit dibuktikan. Diduga, ada kelompok masyarakat tertentu yang proses metabolisme tubuhnya relatif lebih lambat dibandingkan yang lainnya. Kondisi ini menyebabkan seseorang memiliki peluang lebih besar untuk menderita kegemukan
dan obesitas. Sebuah penelitian di Amerika serikat menunjukkan bahwa kegemukan dan obesitas lebih banyak terdapat pada ras Afro-amerika dan Mexico-amerika dibandingkan ras lainnya.

Pola makanan masyarakat di lingkungan perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat, telah memicu peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas. Masyarakat di perkotaan yang cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan di dalam tubuh kelebihan kalori ini akan dirubah dan disimpan menjadi lemak tubuh.

Sesungguhnya, menu makanan tradisional masyarakat Indonesia yang terdiri dari kandungan energi berasal sekitar 9,6% berasal dari protein, 20,6% dari lemak dan selebihnya 68,6% berasal dari karbohidrat (Data Biro Pusat Statistik tahun 1990), telah sesuai dengan anjuran pola makan sehat menurut badan kesehatan se-dunia, WHO. Selain itu, kian berkurangnya aktifitas fisik juga berkontribusi terhadap peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas. Dalam kehidupan masyarakat modern -dengan dukungan teknologi dan sarana yang mutakhir, menyebabkan menurunnya aktifitas fisik. Penggunan elevator telah menggantikan fungsi tangga di berbagai instansi, perkantoran dan beberapa sarana umum. Adanya remote kontrol juga menyebabkan banyak orang tidak perlu beranjak dari tempatnya menonton televisi, jika ingin mengganti saluran..

Penggunaan alat transportasi bermotor juga telah menggeser peran sepeda. Akibatnya, sedikit sekali kalori yang dibakar akibat aktifitas fisik yang minim ini.
Faktor emosi juga turut berkontribusi menyebabkan kegemukan dan obesitas pada diri seseorang. Saat seseorang merasa cemas, sedih, kecewa atau tertekan, biasanya akan cenderug mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk mengatasi perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan tadi.

Apa bahaya yang timbul akibat kegemukan dan obesitas ini?
Kegemukan dan obesitas diyakini berkaitan dengan berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit payah jantung kongestif (Congestif heart failure), hipertensi, kencing manis (Diabetes melitus) tipe 2 dan penyakit radang persendian Osteoartritis).

Beberapa pasien anak-anak yang menderita kegemukan dan obesitas juga dilaporkan mengalami periode tidak-bernafas waktu tidur (Sleep apnea) yang dapat
menurunkan mempengaruhi daya fikirnya di kemudian hari. WHO menyatakan bahwa kegemukan dan obesitas merupakan 1 dari 10 kelainan yang dapat dicegah yang berkaitan dengan berbagai macam penyakit atau kelainan degeneratif. Jadi sesungguhnya, kita dapat meminimalisasi efek negatif dari kelainan ini terhadap
kesehatan, dengan memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik.

Bagaimana cara mengobati kegemukan dan obesitas?
Prinsip terapi dari kegemukan dan obesitas adalah pengaturan pola makan (diet) yang sehat dan meningkatkan aktifitas fisik. Untuk itu, sebaiknya bagi Anda yang mengalami masalah ini, segera berkonsultasi kepada dokter, bahkan jika perlu seorang ahli gizi medik. Hal ini penting menentukan diet dan aktifitas fisik yang sesuai dan aman untuk Anda. Hindarilah mencoba mengatur sendiri diet yang terlalu
ketat, karena hal ini seringkali menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi. Upaya untuk mengkonsumsi obat-obatan pelangsing tubuh yang dijual secara bebas tidaklah selalu aman.

Untuk mengurangi faktor risiko kesehatan yang disebabkan oleh kegemukan dan obesitas, beberapa metode sederhana ini mungkin bisa Anda coba:
1. Cobalah menggunakan tangga untuk mencapai ketinggian 2 lantai, dibandingkan menggunakan elevator, kegiatan ini akan membakar kelebihan kalori
pada tubuh Anda.
2. Gunakanlah sepeda untuk mengunjungi rumah sahabat atau kerabat yang hanya berjarak beberapa blok dari rumah Anda, daripada menggunakan mobil.
3. Jika tetap harus menggunakan mobil, cobalah memarkirnya beberapa meter dari tempat tujuan, agar Anda bisa sedikit berjalan.
4. Biasakan untuk berolahraga ringan selama 30 menit per sesi, dengan frekuensi 3 kali seminggu.
5. Cegahlah penggunaan remote kontrol saat menikmati acara televisi atau hiburan musik dari soundsystem kesayangan Anda. Sedikit gerak saat mengganti saluran televisi akan lebih menyehatkan tubuh Anda.
6. Makanlah saat mulai merasa lapar, dan berhentilah makan sebelum kekenyangan. Hindari sikap berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Ingatlah, setiap kelebihan kalori akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh, dan berpotensi menjadi sumber penyakit.
7. Jika Anda menginginkan makanan ringan pada waktu senggang, pilihlah buah-buahan untuk menggantikan makanan ringan siap saji. Biasanya makanan ini
mengandung kalori dan tambahan lemak yang tinggi.
8. Hentikan kebiasaan mengudap makanan ringan saat menonton tayangan televisi, sebab Anda akan kesulitan mengontrol jumlah kalori yang masuk melalui makanan tersebut.

0 komentar: